Dimalam yang dingin, hanya pesan singkatnya yang hangat. Aku membacanya berulang-ulang, rasanya masih sama hangatnya. Aku tak tahu, akhir-akhir ini mengapa banyak sekali masalah yang datang menghampiriku. Rasanya hidup ini hanya untuk menyelesaikan masalah. Mengeluh, padahal aku tak ingin terus menerus mengeluh seperti ini. Tapi apa dayaku? semua terasa begitu berat.
Dimalam yang dingin, ditemani secangkir kopi susu panas menuju hangat. Aku menatap layar ponselku, berharap pesanmu masih hangat seperti malam-malam sebelumnya. Menunggu pesan darimu menjadi salah satu hobi baruku kini. Aku ingin memulai percakapan, tapi tak tau apa yang harus ku pertanyakan. Apakah aku harus bertanya apa kabar mu hari ini atau pertanyaan classic seperti kamu sedang apa?
Aku terus menunggu pesan yang entah masih pantaskah aku menerimanya? Masalah terlalu berat dan terlalu banyak, hingga aku rasanya tak layak mendapat pesan sehangat itu darinya. Hidup terlalu rumit, apakah aku masih sanggup menjalaninya? Apakah aku tega membawanya kedalam semua kerumitan ini? Dia begitu hangat untuk aku yang terlalu dingin.
Angin makin malam makin terasa dingin. Masih jadi hobiku menunggu pesan darinya. Menyesal, kemarin aku membiarkan pesan hangatnya. Memang penyesalan selalu datang terlambat, hingga aku tersadar aku sudah cukup menangis hebat ditengah malam dingin ini. Kehidupanku, percintaanku, karirku, pertemananku, semuanya menjadi semakin rumit. Hidup semakin sulit.
Malam yang dingin, bantu aku menjadi kuat untuk bisa melewati malam-malam dinginmu. Bantu aku untuk tidak menyesali apa yang sudah aku pilih. Bantu aku untuk tidak mengeluh dengan segala sesuatu yang memang itu menjadi bagian dari kisahku. Bantu aku kuat untuk jalani segala hal berat.
Malam yang dingin, aku rindu pesan hangat darinya. Buat dia kedinginan, agar pesan dariku bisa menghangatkannya. Seperti kala itu, ketika pesan hangatnya membuatku tidak merasa kedinginan meski ditengah-tengah malam.