Kamis, 25 Mei 2023

Dimalam yang dingin, hanya pesan singkatnya yang hangat.

Dimalam yang dingin, hanya pesan singkatnya yang hangat. Aku membacanya berulang-ulang, rasanya masih sama hangatnya. Aku tak tahu, akhir-akhir ini mengapa banyak sekali masalah yang datang menghampiriku. Rasanya hidup ini hanya untuk menyelesaikan masalah. Mengeluh, padahal aku tak ingin terus menerus mengeluh seperti ini. Tapi apa dayaku? semua terasa begitu berat.

Dimalam yang dingin, ditemani secangkir kopi susu panas menuju hangat. Aku menatap layar ponselku, berharap pesanmu masih hangat seperti malam-malam sebelumnya. Menunggu pesan darimu menjadi salah satu hobi baruku kini. Aku ingin memulai percakapan, tapi tak tau apa yang harus ku pertanyakan. Apakah aku harus bertanya apa kabar mu hari ini atau pertanyaan classic seperti kamu sedang apa?

Aku terus menunggu pesan yang entah masih pantaskah aku menerimanya? Masalah terlalu berat dan terlalu banyak, hingga aku rasanya tak layak mendapat pesan sehangat itu darinya. Hidup terlalu rumit, apakah aku masih sanggup menjalaninya? Apakah aku tega membawanya kedalam semua kerumitan ini? Dia begitu hangat untuk aku yang terlalu dingin.

Angin makin malam makin terasa dingin. Masih jadi hobiku menunggu pesan darinya. Menyesal, kemarin aku membiarkan pesan hangatnya. Memang penyesalan selalu datang terlambat, hingga aku tersadar aku sudah cukup menangis hebat ditengah malam dingin ini. Kehidupanku, percintaanku, karirku, pertemananku, semuanya  menjadi semakin rumit. Hidup semakin sulit.

Malam yang dingin, bantu aku menjadi kuat untuk bisa melewati malam-malam dinginmu. Bantu aku untuk tidak menyesali apa yang sudah aku pilih. Bantu aku untuk tidak mengeluh dengan segala sesuatu yang memang itu menjadi bagian dari kisahku. Bantu aku kuat untuk jalani segala hal berat.

Malam yang dingin, aku rindu pesan hangat darinya. Buat dia kedinginan, agar pesan dariku bisa menghangatkannya. Seperti kala itu, ketika pesan hangatnya membuatku tidak merasa kedinginan meski ditengah-tengah malam.

Minggu, 22 Mei 2016

Dia bukan oksigen.

Saya menulis ini ditengah-tengah kesibukan saya yang tidak begitu sibuk. Saya menulis ini bukan tanpa maksud, melainkan untuk sekedar mencurahkan apa yang saya rasakan belakangan ini. Ini soal cinta (lagi), soal ditinggalkan (lagi), dan soal orang ketiga (lagi). Memang sebelumnya saya juga pernah merasakan ini, namun disaat saya terpuruk dalam luka, dia (pria yang kini menyakiti saya sama dengan yang dulu-dulu) datang dengan cara sederhana namun saya cinta.

Sebulan, dua bulan kedekatan kami membuat luka dihati saya sembuh. Membuat saya bahagia dan seakan-akan hidup kembali. Hingga pada waktu yang saya tak pernah kira, dia menyatakan perasaannya. Dan saya menerimanya dengan mudah, sebab saya juga merasakan hal yang sama seperti yang dia rasa. Susah senang saya lewati bersama nya membuat perasaan itu hadir dengan mudah.

Menengok sedikit ke belakang, dulu ketika saya masih bekerja di rumah sakit yang jam pulang nya pukul 20.00 dia selalu menyempatkan diri untuk menjemput saya dan mengajak saya ketempat kuliner. Hampir setiap hari saya lakukan itu terus menerus, setiap pulang bekerja dan sekedar main sebentar sudah jadi rutinitas saya dan dia (dulu). Saya masih ingat jelas, setiap saya pulang ke-capek-an bekerja dan menangis bersandar memeluknya diatas motor dia selalu bilang "udah apa jangan nangis, kerja emang capek, udah pindah aja nanti saya cariin kerjaan lain" sambil memegang tangan saya dan itu selalu membuat saya tenang dan berhenti menangis.

Saya masih hafal betul wajahnya yang chubby, body nya yang tidak kurus, dan wangi khasnya. Saya rindu sekali padanya. Dan sehabis gajian saya memutuskan pindah kerja menjadi SPG. Menjadi SPG membuat saya dan ia tak punya banyak waktu untuk bertemu seperti sebelum saya resain dari rumah sakit. Tapi dia selalu menyampatkan waktu di tengah malam menuju jam 22.00 dia selalu menjemput saya, katanya ditelfon "aku udah ditempat biasa". Saya senang memiliki pria yang cintanya benar-benar ikhlas tanpa pamrih. Tak merasa direpotkan, padahal saya sangat menyusahkan.

Sewaktu saya menjadi SPG dan ada acara midnight yang pulangnya pukul 00.00, dia menjemput saya hujan-hujan ditempat biasa. Saya tak pernah membayangkan ada pria sebaik dia dan secinta dia. Itu satu hal yang membuat saya tak bisa lupa hingga saat ini. Sudah, cukup untuk menengok kebelakangnya.

Sekarang, saya dalam keadaan terluka (lagi). Obat (dia) yang menyembuhkan saya dari luka masa lalu malah membuat saya ketergantungan seperti kini. Membuat saya tak bisa berjalan sendiri tanpa tongkat (dia). Tak bisa menikmati hidup seindah dulu. Dia pergi meninggalkan saya dengan wanita yang menurutnya lebih baik daripada saya. Dia meninggalkan saya demi wanita yang bisa memberikan waktunya lebih banyak daripada saya. Saya tersenyum, menahan nangis saat saya tahu bahwa dia (pria jahat itu) memposting foto wanita itu di sosial medianya. "Foto saya tak pernah diposting sebelumnya" kata saya masih dengan senyum menahan nangis.

Saya harus mampu melupakannya dan mengobati luka saya sendirian. Belajar mengikhlaskan apa yang sudah bukan jadi kepunyaan saya. Saya harus sadar kalau diluar sana banyak cinta yang lebih baik dari dirinya. Saya harus terima kenyataan kalau dia (pria bodoh) sudah punya kebahagiaan lain. Toh dia (pria tak setia) juga bukan oksigen dan saya masih bisa hidup tanpanya.

Pesan saya untuk teman semua adalah, jangan cinta terlalu berlebihan nanti sakitnya juga berlebihan. Bakso enak, nasi goreng enak, soto mie enak tapi kalau makannya berlebihan malah jadi enek kan?

Rabu, 18 Mei 2016

Tertawalah, sayang.

Ini tulisan untukmu sayang. 
Aku menulis ini dengan hati berantakan. 
Dengan air mata berlinang. 
Dan dengan segala pikiran tentang kamu.
Aku menulis ini dengan harapan agar kamu mengerti. 
Bahwa aku tak kuat menjalani semua ini. 
Aku tak lagi bisa menahan semua sakit yang kamu beri. 
Aku tak mampu lagi menahan air mata ini agar tak tumpah. 
Aku benar-benar hancur saat ini.
Kamu adalah orang yang tahu betul siapa aku. 

Tahu betul betapa cetek nya air mataku. 
Tahu betul sebanyak apa persediaan air mataku. 
Dan kamu tahu betul bagaimana aku menumpahkan semua kekesalanku lewat tangis. Kenapa dengan mudah kau pancing semuanya agar tumpah, bodoh.
Aku sakit, benar-benar sakit kini. 

Kamu tak lagi ku kenali. 
Tak lagi seperti seseorang yang kucintai. 
Kau berubah menjadi seseorang yang tak pernah ku temu. 
Kamu bukan kamu ku yang dulu.
Seharusnya kamu paham, kalau sekuat-kuatnya aku. 

Aku juga wanita, bisa sakit hatinya, bisa menangis, apapun sebabnya. 
Aku tak sekuat yang kamu kira sayang. 
Aku sakit benar atas semua perlakuanmu kini. 
Aku tak kuat menjalani semuanya kini.
Mataku sembab, hatiku kacau, pikiranku berantakan. 

Kau bahagia melihat aku seperti sekarang? 
Kau bahagia melihat aku menangisimu seperti sekarang? 
Kau bahagia karna dendam dihatimu sudah terbalaskan seperti sekarang? 
Tertawalah diatas penderitaanku sayang.
Aku tak tahu bagaimana kelanjutan hubungan kita sekarang. 

Yang ku tahu, kau bukan pria yang ku cintai dulu. 
Bukan pria yang pernah mencintaiku lima bulan yang lalu. 
Kamu yang sekarang adalah pria jahat yang sudah tak kukenali. 
Tertawalah sayang. Bukankah perihku adalah bahagiamu kini? 
Bukankah sekarang kau senang melihat aku hancur seperti ini? 
Tertawalah sayang. Kau menang.
Demi apapun, tak ada alasan aku untuk menyakitimu. 

Tak ada alasan untuk meninggalkanmu. 
Aku yang sakit kini. 
Dan aku harus meninggalkanmu,
karna kamu bukan priaku seperti lima bulan yang lalu.
Mari kita bandingkan, sayang.

Kamu ku yang dulu dan kamu ku yang sekarang tak ku kenali. 
Mari tertawa dengan tulisan ini sayang. Mari tertawa diatas tangisan ku sayang.
Dulu, kamu selalu mengucapkan selamat pagi dan malam untukku.
Dulu, semalam apapun jam kerja ku, kau sempatkan untuk menjemputku,

hujan deraspun kau terpa demi menjemput ku.
Dulu, kamu selalu menyempatkan waktu untuk sekedar menemuiku.
Dulu, kamu senang sekali mengajakku ketempat kuliner kesukaanmu.
Dulu, tak pernah keluar kata-kata kasar dari mulutmu.
Dulu, kamu selalu berusaha jadi seperti yang ku mau.
Hahahaa mari tertawa yang keras, sayang. 

Aku tak tahu apa alasanmu berubah kini. 
Entah ada seseorang yang kini mampu membuatmu bahagia daripada aku. 
Entah aku sudah tak pantas jadi kepunyaanmu. 
Tapi tunggu dulu. 
Aku yang sudah tak pantas,
atau kamu yang sudah tak pantas untuk menjadi kepunyaanku? 
Haha sekali lagi mari tertawa yang lantang, sayang.
Kamu lucu, secepat itu perasaanmu pudar padaku, 

sedangkan disini perasaanku makin nyata padamu.
Berbahagialah dengan jalan yang kau pilih, sayang. 

Disini juga aku sedang memperbaiki diri dan menghapus semua sakit dihati. 
Terimakasih sudah singgah di hati yang sebenarnya bukan hanya sekedar tempat persinggahan. 
Terimakasih banyak atas semua senang, 
sakit dan apapun yang pernah kau isi di hari-hariku. 
Aku menyayangimu, loveyou priaku yang kini dalam pelukan seseorang.

With tears,
Perempuan cengengmu dulu.

Selasa, 17 Mei 2016

Bersama Rintik Hujan

Untuk pria yang sering ku sebut dalam doa.

Aku menulis ini dengan hati yang tak pernah tahu kapan akan dibahagiakan. Aku menulis ini dengan isak tangis yang sudah tak terbendung lagi. Aku menulis ini juga dengan perasaan kacau berantakan. Tak tau kapan terakhir kalinya kau membuat senyum dibibir ini. Bibir yang mengucap namamu selalu disetiap doa nya.

Aku lupa, kalau tak selamanya bahagia trus mendampingiku. Aku juga lupa, kehilanganmu juga bukan sebuah kemustahilan. Kamu yang selalu menungguku dibawah rintik hujan, dulu, entah kemana perginya kini. Pesan singkat tentang rintik hujan juga kini tak pernah ku lihat lagi. Dirimu beku, kini. Tak sehangat dulu. Aku rindu.

Aku tak pernah membayangkan ini sebelumnya, jika orang yang ku kira paling mengerti aku pergi meninggalkaku bersama rintik hujan dimalam ini. Tangan yang biasanya memayungiku kini tengah memayungi wanita lain, yang bukan aku. Aku rindu, sekali lagi aku rindu.

Minggu, 02 Agustus 2015

selama hampir 3tahun ini

Setelah tiga tahun studi masa putih abu-abu ku ini berakhir.Mungkin disaat itu juga harus ada yang ikut berakhir.Apalagi kalau bukan cinta.Selama hampir tiga tahun ini, aku selalu menjadi pecinta, aku selalu mencintai, tanpa dicintai oleh orang yang aku cintai.Selama hampir tiga tahun ini, aku berusaha mendekati, aku selalu berusaha sendiri.Selama hampir tiga tahun ini, semua usahaku ternyata sia-sia.Aku harus gimana lagi?Mungkin benar, setelah berakhirnya masa putih abu-abu ku ini, perasaanku juga ikut berakhir.Semakin dewasa aku, semakin aku sadar, bahwa cinta yang sesungguhnya itu bukan hanya untuk menunggu.Selama hampir tiga tahun ini, aku hanya menghabiskan waktu untuk menunggu yang tak pantas ku tunggu.Selama hampir tiga tahun ini, aku membutakan mataku untuk melihat pria-pria diluar sana yang sedang menunggu ku.Mungkin ini waktunya untuk berhenti dari menunggu apa yang tak pantas ku tunggu.Aku sudah muak dengan semua cemohan yang menyudutkan ku pada rasa bodoh karna telah terlalu lama menunggumu.Mungkin ini salahku yang terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa kamu akan datang membawa cintamu untukku tanpa aku menunggu.Ini salahku yang tak coba membuka telinga untuk mendengar sedikit saja bisikkan cinta dari pria-pria yang menunggu ku diluar sana.Ini salahku yang terus berusaha menjaga cinta hanya untuk pria macam kamu.Ini salahku yang selalu berusaha memejamkan mataketika melihat pria-pria diluar sana datang menawarkan cintanya.Kebodohan ku untuk menunggumu selama ini ternyata berakibat fatal.Aku melukai banyak hati, bahkan hatiku sendiri.Pria yang datang membawa cinta nya untukku kini hilang satu persatu.Pria yang biasanya menunggu ku dengan sabar kini jenuh dan malah pergi berlalu.Pria yang biasanya membisikkan ku kata cinta tiap pagi,siang,malam juga kini bisikkannya tak terdengar lagi.Pria yang selalu aku abaikan tapi tetap masih berjuang, kini berbalik mengabaikanku.Ini terlalu sakit untukku.Karna kamu, karna hanya menunggu seorang kamu,aku jadi kehilangan banyak kebahagiaan yang harusnya aku rasakan sejak dulu.Seharusnya kamu sadar, seharusnya kamu paham, kalau cuma aku perempuan yang rela menunggumu selama hampir tiga tahun ini.Seharusnya kamu sadar, seharusnya kamu paham, kalau cuma aku yang rela menangis melihatmu bahagia dengan perempuan lain.Seharusnya aku tak sebodoh ini.Seharusnya aku tak menunggumu selama ini.Kalau ku tau kenyataan akan sepahit ini, aku pasti akan memilih mencintai yang lain, yang bukan kamu, yang bukan hanya membuatku menunggu.Tapi tak apa,Ini pilihanku, aku memilih mencintaimu dan membiarkan pria-pria diluar sana kecewa karna ku.Tapi sekarang aku sudah paham, sudah bisa sedikit-sedikit merelakan yang bukan milikku.Aku sedang belajar melupakan rasa yang tak pantas ini ada didiriku.Aku sedang mencoba untuk tidak menunggumu lagi.Aku sedang membuka hati dan membiarkan pria lain membahagiakan ku.Aku sedang berusaha menghapus mu dari khayalan konyol ku ini.

selama hampir 3tahun ini

Setelah tiga tahun studi masa putih abu-abu ku ini berakhir.Mungkin disaat itu juga harus ada yang ikut berakhir.Apalagi kalau bukan cinta.Selama hampir tiga tahun ini, aku selalu menjadi pecinta, aku selalu mencintai, tanpa dicintai oleh orang yang aku cintai.Selama hampir tiga tahun ini, aku berusaha mendekati, aku selalu berusaha sendiri.Selama hampir tiga tahun ini, semua usahaku ternyata sia-sia.Aku harus gimana lagi?Mungkin benar, setelah berakhirnya masa putih abu-abu ku ini, perasaanku juga ikut berakhir.Semakin dewasa aku, semakin aku sadar, bahwa cinta yang sesungguhnya itu bukan hanya untuk menunggu.Selama hampir tiga tahun ini, aku hanya menghabiskan waktu untuk menunggu yang tak pantas ku tunggu.Selama hampir tiga tahun ini, aku membutakan mataku untuk melihat pria-pria diluar sana yang sedang menunggu ku.Mungkin ini waktunya untuk berhenti dari menunggu apa yang tak pantas ku tunggu.Aku sudah muak dengan semua cemohan yang menyudutkan ku pada rasa bodoh karna telah terlalu lama menunggumu.Mungkin ini salahku yang terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa kamu akan datang membawa cintamu untukku tanpa aku menunggu.Ini salahku yang tak coba membuka telinga untuk mendengar sedikit saja bisikkan cinta dari pria-pria yang menunggu ku diluar sana.Ini salahku yang terus berusaha menjaga cinta hanya untuk pria macam kamu.Ini salahku yang selalu berusaha memejamkan mataketika melihat pria-pria diluar sana datang menawarkan cintanya.Kebodohan ku untuk menunggumu selama ini ternyata berakibat fatal.Aku melukai banyak hati, bahkan hatiku sendiri.Pria yang datang membawa cinta nya untukku kini hilang satu persatu.Pria yang biasanya menunggu ku dengan sabar kini jenuh dan malah pergi berlalu.Pria yang biasanya membisikkan ku kata cinta tiap pagi,siang,malam juga kini bisikkannya tak terdengar lagi.Pria yang selalu aku abaikan tapi tetap masih berjuang, kini berbalik mengabaikanku.Ini terlalu sakit untukku.Karna kamu, karna hanya menunggu seorang kamu,aku jadi kehilangan banyak kebahagiaan yang harusnya aku rasakan sejak dulu.Seharusnya kamu sadar, seharusnya kamu paham, kalau cuma aku perempuan yang rela menunggumu selama hampir tiga tahun ini.Seharusnya kamu sadar, seharusnya kamu paham, kalau cuma aku yang rela menangis melihatmu bahagia dengan perempuan lain.Seharusnya aku tak sebodoh ini.Seharusnya aku tak menunggumu selama ini.Kalau ku tau kenyataan akan sepahit ini, aku pasti akan memilih mencintai yang lain, yang bukan kamu, yang bukan hanya membuatku menunggu.Tapi tak apa,Ini pilihanku, aku memilih mencintaimu dan membiarkan pria-pria diluar sana kecewa karna ku.Tapi sekarang aku sudah paham, sudah bisa sedikit-sedikit merelakan yang bukan milikku.Aku sedang belajar melupakan rasa yang tak pantas ini ada didiriku.Aku sedang mencoba untuk tidak menunggumu lagi.Aku sedang membuka hati dan membiarkan pria lain membahagiakan ku.Aku sedang berusaha menghapus mu dari khayalan konyol ku ini.