Selasa, 17 Mei 2016

Bersama Rintik Hujan

Untuk pria yang sering ku sebut dalam doa.

Aku menulis ini dengan hati yang tak pernah tahu kapan akan dibahagiakan. Aku menulis ini dengan isak tangis yang sudah tak terbendung lagi. Aku menulis ini juga dengan perasaan kacau berantakan. Tak tau kapan terakhir kalinya kau membuat senyum dibibir ini. Bibir yang mengucap namamu selalu disetiap doa nya.

Aku lupa, kalau tak selamanya bahagia trus mendampingiku. Aku juga lupa, kehilanganmu juga bukan sebuah kemustahilan. Kamu yang selalu menungguku dibawah rintik hujan, dulu, entah kemana perginya kini. Pesan singkat tentang rintik hujan juga kini tak pernah ku lihat lagi. Dirimu beku, kini. Tak sehangat dulu. Aku rindu.

Aku tak pernah membayangkan ini sebelumnya, jika orang yang ku kira paling mengerti aku pergi meninggalkaku bersama rintik hujan dimalam ini. Tangan yang biasanya memayungiku kini tengah memayungi wanita lain, yang bukan aku. Aku rindu, sekali lagi aku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar